TUd6GfM5GSYpTSM6BSYoTUYlGd==

Arti dan Bacaan "Ila Hadroti" Dalam Tahlilan Terjemah Indonesia

Arti dan Bacaan "Ila Hadroti" Dalam Tahlilan Terjemah Indonesia

Di Indonesia, kita mengenal berbagai budaya, khususnya adalah budaya-budaya islam seperti tahlilan, slametan, syukuran, dan lain-lainnya. Budaya-budaya tersebut tentunya tidak ada di negara Arab, bahkan di zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sekalipun. Bukan sebuah bid’ah ataupun kesesatan, justru sebaliknya budaya-budaya tersebut memberikan manfaat dan hikmah yang sangat besar, khususnya bagi para ahli kubur.

Budaya-budaya seperti tahlilan, slametan, syukuran, dan lain-lainnya memang dulunya adalah budaya warisan para leluhur hindu. Namun, jangan salah bahawa budaya-budaya telah dirombak dan ditanamkan nilai-nilai islamisasi oleh Wali Songo dan para wali lainnya, baik dari ucapan-ucapannya, amaliyahnya, sampai niatnya.

tahlil, bacaan tahlil teks indonesia, arti tahlil, ila hadoroti

Nah, dalam budaya-budaya seperti tahlilan, slametan, syukuran, dan lainnya, kita akan menemukan unsur-unsur tawassul atau washilah, biasanya kita mengenalnya dalam kalimat “ila hadroti”. 

Unsur Bacaan Tawassul

Tawassul atau Washilah di sini memiliki unsur doa: 

Pertama, mendoakan Nabi SAW, keluarga, dan para sahabat beliau.

Kedua, mendoakan para nabi, para rosul, para waliyullah, para syuhada’, dan orang-orang yang dekat serta orang-orang yang dicintai Allah SWT.

Ketiga, mendoakan semua kaum muslimin, terutama lebih dikhususkan pada ahli kubur keluarga.

Lafadz dan Bacaan Tawassul Dalam Tahlil

Adapun afadz dan bacaan tawassul dan washilah pada budaya-budaya tersebut sebagaimana berikut ini, yang sudah dilengkapi dengan terjemah Indonesianya beserta sedikit keterangan untuk mempermudah pemahaman :

اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ، لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

"(Ditujukan) kepada hakekat keagungan [1] nabi yang terpilih, yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat, istri-istri, dan keuturunan beliau, kepada semuanya Al-Fatihah .....

ثُمَّ اِلٰى حَضْرَاتِ جَمِيْعِ اِخْوَانِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعَلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا اِلٰى الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيِّ، لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Kemudian, [ditujukan] kepada hakekat keagungan semua saudara-saudara beliau, baik para nabi, para rosul, para wali [2], para syuhada' [3], orang-orang yang sholeh, para sabahat, para tabi'in [4], para ulama' yang mengamalkan ilmunya, para mushonnif yang ikhlas [5], semua pejuang di jalan Allah, dan semua Malaikat Muqorrobin [6], khusus kepada Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, kepada mereka semua Al-Fatihah .....

ثُمَّ اِلٰى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا اِلٰى اَبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَاَسَاتِذَتِنَا وَاَسَاتِذَةِ اَسَاتِذَتِنَا (خُصُوْصًا اِلٰى رُوْحِ .....) وَنَخُصُّ خُصُوْصًا مَنِ اجْتَمَعْنَا هٰهُنَا بِسَبَبِهِ وَلِاَجْلِهِ، لَهُمُ الْفَاتِحَةُ

Kemudian [ditujukan] kepada semua penghuni kubur baik dari golongan muslimin (kaum muslim laki-laki), muslimat (kaum muslim wanita), mukminin (kaum mukmin laki-laki), mukminat (kaum mukmin wanita), baik dari timur bumi sampai baratnya, baik di darat maupun di lautnya, khusus kepada bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, kakek-kakek kami, nenek-nenek kami, para syekh kami (para kyai), para syekh dari syekh-syekh kami (semua kyai dari kyai-kyai kami), para guru kami, para guru dari guru-guru kami [khusus kepada ruh ....SEBUTKAN NAMA AHLI KUBUR], dan kami mengkhususkan bagi orang yang mana kami berkumpul di sini karena sebab dan arahnya [7]".

Catatan Penting :

[1] Kalimat "Ila Hadroti" di sini diartikan "hakekat keagungan". Sebenarnya dalam hal ini, kalimat "Ila Hadroti" sama dengan kalimat "Ila Ruhi", perbedaannya hanya karena derajatnya orangnya. Kalimat "Ila Hadroti" untuk orang-orang yang dicintai Allah SWT dan orang-orang yang dekat dengan-Nya, disandarkan sebagai bentuk penghormatan dan memuliakan. Sedangkan "Ila Ruhi" untuk orang-orang yang dianggap biasa.

[2] Para wali atau aulia' adalah para kekasih Allah SWT

[3] Para syuhada' adalah orang-orang yang mati syahid dalam perjuangan di agama Allah SWT

[4] Para tabi'in adalah orang-orang yang mengikuti para sahabat, mereka adalah orang-orang yang pernah menyempati hidup pada zaman sahabat.

[5] Para mushonnif adalah orang-orang yang menulis kitab dan buku-buku kajian islam, contoh penulis kitab-kitab kuning disebut mushonnifin.

[6] Malaikat Muqorrobin adalah malaikat yang dekat dengan Allah SWT. Dalam Kitab Tafsir al-Qurtuby dan Tafsir Ibnu Kastir dijelaskn bahwa malaikat Muqorrobin adalah malaikat Hamalatul Arsy atau para malaikat yang menyangga Arsy.

[7] Maksud lafadz "man ijtama'na hahuna bisababihi waliajlihi" adalah orang yang menjadikan kami sebab bisa berkumpul di majlis ini. Dalam hal ini adalah shohibul hajjah atau orang yang mempunyai hajat.

Ref. pelangiblog.com 

Komentar0

Type above and press Enter to search.