Rais Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru, KH Nadirsyah Hosen mengusulkan kepada pengelola kampus Nahdlatul Ulama (NU) agar menghadirkan kiai-kiai pesantren menjadi dosen tamu di kampusnya.
"Kiai-kiai pengelola pesantren harus dihadirkan sebagai
dosen di kampus NU, ajak mahasiswa baru ziarah wali, undang ustadz pesantren
jadi dosen tamu," ujarnya saat
menjadi narasumber dalam Webinar Nasional yang diselenggarakan Universitas
Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Jawa Tengah Jumat (14/8) siang.
Selain itu lanjutnya, perpus kampus dibuka untuk umum dan
pesantren, masyarakat yang punya koleksi buku bisa ditaruh di perpus kampus,
dan taman bacaan masyarakat saling sinergi dengan pihak kampus. Disampaikan, untuk menjdikan kampus NU di
cintai dan dibutuhkan masyarakat, dirinya menekankan sembilan hal untuk
mensinergikan jamiyah, jamiah, dan
jamaah NU.
"Ada 9 hal untuk bisa mensinergikan jamiyah, jamiah,
dan jamaah Nahdlatul Ulama," ujarnya.
Pertama menurut kiai muda yang akrab disapa Gus Nadir ini
menciptakan university based community (kampus berbasis komunitas).
Komunitas-komunitas tersebut dari komunitas pesantren, nelayan, ojek online
(ojol), profesional, dan lain-lain.
"Kedua, setelah mewujudkan kampus berbasis
komunitas, prodi program studi yang
ditawarkan. Jepara tentu beda dengan Bandung," katanya dalam Webinar
bertajuk 'Sinergi Jamiyah, Jamiah, dan Jamaah NU, Merupa Peradaban Islam Nusantara'.
Gus Nadir pun bertanya, jika prodi Kampus NU sama dengan
kampus lain lalu apa bedanya? "Kiai Said menyebutnya kekhasan, kalau saya
menyebutnya Comparative Advantage. Maka jangan karena bangunan kampus NU kalah
dengan kampus Muhammadiyah lantas tidak ada perbedaan," tegas Gus Nadir
Dikatakan, dalam sejarahnya Unisnu pernah dipimpin Rektor KH
Sahal Mahfudh. Jelas lanjut penulis buku
'Saring Sebelum Sharing' ini ada kaitan erat antara kampus dan pesantren.
"Selain Unisnu, di daerah lain ada juga Universitas
Darul Ulum, Universitas Wahid Hasyim, maupun Ma'had Aly. Sehingga, poin ketiga,
keduanya perlu saling sinergi bukan malah rebutan target market,"
tegasnya.
Hal yang keempat lanjutnya, kajian riset berbasis
pengembangan masyarakat.
Kelima, PBNU agar mengumpulkan dosen dan peneliti NU untuk
menjadi mentor di kampus NU.
"Mentor bisa kolaborasi riset, webinar, dan sejumlah kolaborasi
yang lain," ucapnya.
Ditambahkan Dosen di Monash University ini poin keenam, PBNU
agar melobi pengusaha nasional mengajukan Corporate Social Responsibility (CSR)
untuk pelatihan kampus NU siap kerja. Juga saling sinergi membuat konten game
aswaja, youtube, dan produk digital yang lain.
"Ketujuh, penguasaan Aswaja untuk mahasiswa dan dosen.
Mahasiswa UNU harus bisa tahlil. Alumni UNU jangan bilang gak bisa pimpin
tahlil. Jika di kampus Muhammadiyah ada mata kuliah ke-Muhammadiyahan dan
training 3 hari, maka penguasaan Aswaja harus jadi kekhasan dan menjadi standar
berbasis local wisdom dari kampus berbasis komunitas NU," tandasnya.
Dua point terakhir, kedelapan PBNU juga harus membina kampus
komunitas NU. "Dan kesembilan PBNU
harus punya kampus unggulan dan percontohan. Saya usul agar kampus Unisnu
dideklarasikan PBNU jadi kampus unggulan dan percontohan," pungkas Gus
Nadir.
Dalam kegiatan yang diikuti ratusan peserta ini juga
disyiarkan langsung via youtube Unisnu Jepara dan NU Channel. Selain Gus Nadirsyah Hosen Webinar yang
digelar memperingati Harlah Unisnu ke-29 ini juga menghadirkan Ketua Umum PBNU
KH Said Aqil Siroj sebagai Keynote Speaker dan Mendikbud RI era 2009-2014, KH
Muhammad Nuh sebagai narasumber.
Sumber: nu.or.id
Komentar0