TUd6GfM5GSYpTSM6BSYoTUYlGd==

Dasar Hukum dan Metode Zakat Masjid Jami Al Munawwaroh Lau Dawe Kudus

DASAR HUKUM DAN METODE PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL MASJID AL MUNAWWAROH

RAMADHAN 1443 H / 2022 M 

zakat, ilustrasi, fitrah, mal

A. PRINSIP KEGIATAN

  1. Mengutamakan keabsahan dan kemaslahatan umat.
  2. Menggunakan dasar hukum sesuai Alquran, Hadits dan Ulama / Madzhab Salaf sebagai pedoman hukum.
  3. Mengutamakan golongan faqir dan miskin dalam pembagian zakat.
  4. Status panitia adalah Mustahiq (penerima zakat), bukan amil juga bukan wakil.
  5. Mustahiq zakat meliputi:  faqir, miskin, ghorim dan sabilillah / sabilul khoir. 

B. KEABSAHAN ZAKAT

Saat ini Masjid Al Munawwaroh belum mempunyai Badan Amil Zakat resmi dari pemerintah (SK), untuk itu keabsahan proses zakat dengan mengikuti pendapat Ulama yang memperbolehkan zakat fitrah diberikan hanya kepada 1 orang.

Penyerahan zakat dengan cara setiap muzakki (pemberi zakat) memberikan kepada 1 mustahiq (faqir) yang ditunjuk untuk menerima zakat. Selanjutnya mustahiq membagi secara suka rela kepada mustahiq lain (4 golongan di atas) dengan status sedekah.

Cara seperti ini sudah berlaku terdahulu oleh para kyai di dukuh Lau Krajan. Termasuk Ulama yang menjalankan metode seperti ini adalah KH. Sahal Mahfudz Kajen (Pelopor Zakat Produktif dalam Fikih Sosial) dan KH. Aniq Muhammadun. Serta hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim dan metode tasaruf zakat yang ada di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).[1] 

C. DASAR HUKUM

1. QS. At-Taubah ayat 60

اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Artinya: Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.

2. Kitab Majmu’ Lin Nawawi Juz 6 Hal 144

قال الرافعي : ورأيت بخط الفقيه أبي بكر بن بدران أنه سمع أبا إسحاق الشيرازي يقول في اختياره ورأيه أنه يجوز صرف زكاة الفطر إلى شخص واحد والمشهور في المذهب وجوب استيعاب الأصناف

Artinya: Namun Imam Ar-Rofi’i pernah membaca tulisan Al-Faqih Abu Bakr Ibn Badran, yang dalam tulisannya beliau mengatakan sesungguhnya beliau mendengar Aba Ishaq Asy-Syairozi dawuh ketika mengutarakan pendapat pribadinya bahwa : menurut Syaikh Abu Ishaq Asy-Syairozi diperbolehkan mentashorufkan zakat fitrah hanya kepada satu orang saja.

3. Kitab Mughni Muhtaj Juz 11 Hal. 486

تتمة : يسن للإمام أو نائبه في تفريق الزكاة أن يكون عارفا عدد المستحقين وقدر حاجاتهم

Artinya: Disunnahkan bagi imam atau penggantinya dalam membagi zakat bersikap Arif (bijaksana) dalam menghitung-hitung mustahiq zakat dan kadar kebutuhannya.

4. Tafsir Munir Juz 1 Hal. 244

ونقل القفال عن بعض الفقهاء فهم أجازوا صرف الصدقات الى جميع الوجوه الحير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعماره المسجد للأن قوله في سبيل الله عام في الكل.
Artinya: Imam Qoffal menukil dari sebagian Ulama, mereka memperbolehkan mentasarufkan zakat pada segala sektor kebaikan. Diantaranya mengafani mayit, membangun masjid.[2]

ٌReferensi dan Forum Diskusi Hukum:
[2] Sesuai Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim di PP. An-Nur Tegalrejo Nganjuk tahun 1981, di PPAI Ketapang Malang tahun 1987 dan di PP. Langitan Tuban tahun 1988. Memperbolehkan mengikuti pendapat kutipan imam Qoffal dan fatwa Syekh Moh. Ali Al-Maliki dan ulama-ulama yang lain”. (lihat CD hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1979-1994, 1996 dan 2002)


by Ust. Agus Manshurudin, S.Pd.

Komentar0

Type above and press Enter to search.