TUd6GfM5GSYpTSM6BSYoTUYlGd==

Resep Panjang Umur Dahsyatnya Sirri Laqodjaakum - Renungan Rajab 1

RESEP PANJANG UMUR
Oleh Agus Muhammad Muslim Hann, Kwagean

Catatan: Sebelum membaca tulisan ini secara utuh. Posisikan Anda sebagai salah seorang santri Pesantren Kwagean yang sedang membaca tulisan putra Sang Kyai. Anda akan menemukan kekuatan sebuah motivasi luar biasa dan gambaran narasi cerita bukan sekedar rangkaian kata, namun realita dan untaian hikmah serta makna yang luar biasa.   

Lebaran kedua tahun 2018, pagi masih buta, bahkan matahari pun masih sekadar mengintip kecil di ufuk timur. Belum setengah jam membuka pintu ruang tamu, sudah ada beberapa teman kelas yang bertamu ke rumah. Saya persilahkan duduk, dan menikmati suguhan seadanya. Kami mengobrol santai tentang bahasan ringan. 

Belum panjang obrolan kami, tetiba ada kang ndalem yang biasa menyapu pagi di rumah bapak, tergopoh-gopoh dia masuk ke ruang tamu, menghaturkan salam dengan tergesa. Dia langsung matur:’ ditimbali abah, sakniki. Ibuk gerah(dipanggil bapak, sekarang. Ibuk gerah)’. 


Saya yang sudah gentar sejak melihat ketergesaan kang-kang itu datang, segera menyadari tentang keadaan darurat. Apalagi ini menyangkut ibuk. Saya langsung minta izin para tamu untuk menghadap bapak. Mereka memahami, dan langsung saja pamitan pulang. 

Dengan tergesa kukayuh sepeda ke rumah induk, sesampainya disana bapak langsung menyambut dengan sedikit gelisah. ‘ibukmu loro, terno neng rumah sakit(ibukmu sedang sakit, tolong antarkan beliau ke rumah sakit)’. Dengan segera saya menjawab:’geh bah’. 

Saya langsung masuk ke kamar, diatas kasur ibuk sudah rebahan dengan lemas. Tanpa ditanya, beliau langsung menjelaskan:’ ket subuh aku muntah-muntah, ayok terno neng rumah sakit aku lem(sejak subuh tadi saya muntah-muntah, ayuk antar saya ke rumah sakit lem)_ibuk saya selalu memanggil saya dengan lem. Dari muslim nama saya. Pakek e, lem. Bukan lim. Pakek i. ’. ‘ geh buk’, jawab saya. 

Perlahan ibuk bangun, lalu memakai jaket dan membawa tas tangan. Beliau berpamitan dengan bapak:’kulo pamit tak istirahat riyen ten griyo sakit geh bah(saya pamit istirahat di rumah sakit dulu ya bah)’. Bapak mengangguk, dan ketika ibuk sungkem, bapak segera berpesan:’ yo wes, istirahat sek. Mugo-mugo ndang entuk tombo(ya sudah istirahat dulu disana. Semoga segera mendapatkan obat untuk kesembuhan)’. 

Di rumah sakit ibuk langsung dianjurkan untuk rawat inap, bila tidak karena memang keadaan luar biasa, tidak mungkin ibuk mau dirawat inap. Karena dalam sejarahnya ibuk saya memang tidak pernah dirawat di rumah sakit. 

Pada malam harinya, ibuk tiba-tiba tidak sadarkan. Dan anehnya, dalam ketidak sadarannya, beliau malah wiridan. Karena tiba-tiba ibuk menggerak-gerakkan tangan beliau dengan keras, maka kami yang menunggunya khawatir jarum infusnya akan terlepas. Saya langsung mendekap tubuh ibuk dan menjauhkan tangan beliau dari gerakan membahayakan. Saya mendengar dengan jelas ibuk membaca musabba’atul asyroh. Lalu juga membaca laqodjaakum. Setelah membaca laqodjaakum, ibuk tiba-tiba langsung menyuruh kami membaca sholawat bareng-bareng. 

Kami pun langsung membaca shollallahu ala muhammad serentak, namun dihentikan ibuk. ‘Duduk sholawat seng kuwi(bukan sholawat yang itu)’. ‘Allahumma sholli ‘alaika yaa muhammadu’. Kuwi diwoco bareng-bareng(itu dibaca bersama). 

Kami pun mendengar dengan sedikit khawatir, sekaligus ingin tertawa. Sudah puede baca sholawat eh keliru. 

Setelah membaca sholawat, ibuk perlahan tenang lalu tidur kembali. 

Setelah ibuk tiada, barulah bapak mengklarifikasi tentang cerita ini. Bahwasannya memang ibuk istiqomah mewiridkan amalan ini. Dan siapa saja yang membaca laqodjaakum dalam suatu hari, maka insyaallah dia tidak akan dicabut nyawanya di hari itu. 

Tapi memang bila tuhan berkehendak, kita takkan mampu mengelak, 22 hari setelah kejadian malam itu, Ibuk kembali tidak sadarkan diri. Namun saat itu keadaan lebih parah. Bila sebelumnya masih bisa ngendikan, ketika malam itu ibuk langsung koma. Tidak bisa ngendikan, maka amalan laqdjaakum pun tidak bisa beliau lafadzkan. 

Dan sehari kemudian, tanggal 25 syawal, ibuk saya wafat. 

Saya meyakini, mungkin memang Allah memberi sirri khusus pada amalan ini. Hingga ibuk saya pun harus koma dulu agar tidak bisa membacanya. 

Bapak sendiri menerangkan tentang keistimewaan wirid ini:’Enten kiai matur ten kulo: ki mocoo laqodjaakum. Awakmu kiai tapi duduk keturunan e kiai. Kulo mendel tapi geh kulo damel. Soale kulo pun maos ten kitab geh ngoten.Salah setunggal hikmahe diadohi senjata tajam, diadohi fitnah, umure panjang. Kulo ngertos enten tiang sepuh ten botoputih, geh termasuk sederek kulo. Kulo ngertos kiambek ten pinggir kali maos laqodjaakum(ada salah satu kiai memberi pesan kepada saya: ini bacalah laqadjaakum. Kamu kiai, tapi bukan keturunan kiai. Saya_bapak_ diam, tapi ya saya lakukan. Karena memang begitu adanya keterangan di kitab. Salah satu hikmahnya yaitu dijauhi senjata tajam, dijauhkan dari fitnah, dan umurnya panjang. Saya sendiri membuktikan, di desa saya dulu, boto putih, ada seseorang yang sangat sepuh, masih termasuk saudara saya. Saya melihat sendiri beliau membaca amalan ini ketika di pinggir sungai)’. 

Bapak menambahi:’Bahkan romo yai din ploso, niku kulo ngertos kiambek pas undangan ten pondok maqbul, wiridanipun kang diwaos geh laqodjaakum(bahkan romo yai zainuddin djazuli ploso, saya tahu sendiri ketika undangan di pondok maqbul, wiridan beliau juga laqadjaakum)’. _ untuk diketahui, sampai saat ini, beliau romo yai zainudin sudah berumur 80 tahun lebih. Dan semoga Allah memanjangkan usia beliau dan masyayikh ploso lainnya. 

Juga diceritakan dalam kitab:’Enten syekh mujahid ngimpi ngertos kanjeng Nabi ngambung ten batuk ipun wali syibli. Terus syekh mujahid tanglet: kanjeng nabi kengeng nopo kok njenengan ngambung wali syibli. Dawuhe kanjeng nabi soale wali syibli wiridan laqodjaakum setiap bakda sholat fardlu maos peng pitu, terus ditutup kaleh sholawat allahumma sholli alaika yaa muhammadu(ada syekh mujahid mimpi bertemu kanjeng nabi, di dalam mimpi beliau rasulullah mencium jidat wali syibli. Lalu syekh mujahid bertanya: kanjeng nabi kenapa anda mencium jidat wali syibli? Jawab rasul: “karena wali syibli mengistiqomahkan membaca laqadjaakum setiap bakda sholat fardlu sebanyak tujuh kali, lalu ditutup dengan bacaan sholawat: Allahumma sholli alaika yaa muhammadu”)’. 

Lalu bapak menutup keterangannya dengan berpesan: ‘Niki penting damel njenengan kang nembe mbikak tempat pengaosan, mesti katah angin kang mengganggu, diwiridaken mawon laqodjaakum niki. Lek saget diwaos peng katah, angin agenge koyok nopo mawon mesti nyingkreh kiambek(amalan ini penting, khususnya bagi anda yang baru membuka tempat pengajian, pasti banyak angin yang mengganggu. Diwiridkan saja laqadjaakum ini. Kalau bisa dibaca sebanyak mungkin. Insyaallah, sebesar apapun angin yang mengganggu, pasti akan menyingkir dengan sendirinya)’. 

Meskipun kematian adalah takdir, tetapi kita diberikan sebuah keistimewaan berupa ikhtiar untuk mengubah takdir yang mu’allaq. 

(Saya menulis ini dengan menahan sesak di dada. Karena memang saat-saat kepergian ibuk adalah salah satu bagian yang sangat berat menulisnya. Mohon bacaan fatihah untuk beliau). 

#salamKWAGEAN

Saat posting tulisan ini, Admin Ilmu Santri merasa tidak kuat menahan kedahsyatan motivasi yang selalu mengalir dari tulisan-tulisan Gus Muslim dan menikmatinya sendiri. Maka izinkanlah kami, menyebarluaskan tulisan ini untuk kemanfaatan dan kemaslahatan yang lebih banyak. 

SUMBER ASLI: FB GUS MUSLIM

Komentar0

Type above and press Enter to search.