TUd6GfM5GSYpTSM6BSYoTUYlGd==

Nasehat Kiai Jamal untuk Ustadz dan Ustadzah TPQ

KH Mohammad Djamaluddin Ahmad atau yang akrab disapa Kiai Djamal, pengasuh Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas Jombang wafat, pada Hari Kamis 24 Februari 2022. Kiai Djamal merupakan Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

Beliau dilahirkan di Dusun Kedungcangkring, Desa Gondanglegi, Prambon, Nganjuk, Jawa Timur 31 Desember 1943. Ia adalah putra dari Achmad bin Hasan Mustajab dan Hj Mahmudah binti Abdurrahman bin Irsyad bin Rifa’i.

KH Djamaluddin Ahmad menikah dengan ibu Nyai Hj. Hurriyah Jamal putri dari KH. Abdul Fattah, pendiri Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas, dari pernikahan tersebut dikaruniai 5 orang putra dan putri.


Semasa hidup Kiai Djamal, hampir seluruh waktunya diperuntukkan untuk mengajar di pesantrennya dan ceramah keliling daerah. Beliau memiliki banyak majelis ilmu. Khususnya, kajian kitab Al Hikam.

Nasihat Kiai Jamal untuk Ustadz dan Ustadzah TPQ

Singkat cerita, ada seorang Alumni Pesantren Tambakberas Sowan: Kemudian Yai Jamal bertanya :“Sekarang kegiatan sampean apa?” 

“Bisnis kiai, buka konter hape,” ungkap sang santri dengan menunduk.

“Rumiyin kulo mulang TPQ, tapi naliko sampun buka konter, kulo prei mboten mulang dateng TPQ maleh,” lanjutnya.

Kiai Jamal, sapaan keseharian beliau, diam sejenak. Dengan agak berat, pengampu pengajian Kitab Hikam ini mengingatkan bahwa mengajar di TPQ adalah khidmat terbaik dalam hidup.

“Kamu mengajarkan anak TPQ bacaan basmalah dan alfatihah, maka pahala yang akan kamu terima akan terus mengalir,” katanya. Ketika santri TPQ yang kamu didik membaca basmalah saat hendak makan, belajar dan kegiatan apapun, maka kamu juga akan memperoleh pahalanya, lanjutnya.

Belum  lagi saat santri TPQ itu bisa membaca al-fatihah dari shalat yang dikerjakan. “Berapa pahala yang kamu terima dari mengajarkan surat al-fatihah tersebut?” kata salah seorang  Majelis Pengasuh PP Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang ini.

“Hidup itu jangan hanya memburu gengsi, apalagi kalian adalah santri Tambakberas” katanya. 

Menjadi ustadz dan ustadzah TPQ mungkin dianggap sebagai “profesi” yang tidak menjanjikan. Bahkan kalah mentereng dengan guru, apalagi dosen.

“Nopo sing diulang teng kampus niku? Kan cuman teori?,” katanya mengingatkan. “Belum tentu apa yang disampaikan para dosen, juga mereka lakukan dalam keseharian,” tandasnya.

Saya yang kebagian kesempatan terakhir untuk menyampaikan hajat, hanya bisa diam, sedih dan bahagia dengan wejangan tersebut. 

Dan mohon maaf, apa yang disampaikan beliau, khusus untuk santri yang sedang sowan. Tidak dalam kapasitas menyinggung kawan dan sahabat yang saat ini menjadi guru atau dosen. Pangapunten. 

Terimakasih kiai, salam takdzim.

Selamat jalan yai. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat dan maghfirah-Nya kepada panjenengan, dan segala kebaikan dan kiprah panjenengan di dunia pendidikan dan dakwah menjadi penerang alam kubur.

(Disalin dari Cak Syaifullah Ibnu Nawawi , 7 tahun silam)

Komentar0

Type above and press Enter to search.